Seperti Katanya yang Demikian

tentang semua yang terjadi.

Muhammad Ridho Rizqillah
2 min readNov 28, 2021
Photo by Johannes Plenio on Unsplash

Berlari mengejar bayangan, menyatu dengan angin, dan pasrah akan terbawa kemana. Segudang mesiu yang tertinggal sejak perang dunia, menumpuk bagai ribuan pasir pantai yang tidak tersentuh air laut. Pisau semakin teroksidasi sebab terus menggantung di dapur nelayan yang perahunya karam sejak musim hujan. Bendera yang tadinya berkibar mesra dihembus angin malam, tidak lagi terlihat mesra dengan sobekkan besar melambai-lambai.

Katanya itu sebuah perkara alam. Perputaran peristiwa yang tentu akan terjadi. Setiap inci kejadian saat itu terekam jelas dalam kamera yang selalu berkedip. Selusin cerita setiap harinya, hampir seluruhnya terjerembab pada alam bawah sadar. Dan sebagian sisanya terus berputar dalam memori jangka panjang.

Seperti katanya, suatu peristiwa pasti ada yang memiliki tempat khusus di dalam kepalamu, di dalam hatimu, di dalam dirimu, di dalam ruang waktu yang seakan berhenti, mematung di hadapanmu. Separuh peristiwa yang terpenggal oleh masa, akan kembali menjadi benih yang nantinya kembali tumbuh. Tumbuh dalam keadaan yang demikian, seperti katanya.

Seperti katanya, kesedihan dan kebahagiaanmu tidak lah penting bagi dunia orang lain. Dunia-mu berjalan sesuai kehendak dirimu sendiri, orang lain tidak peduli dengan itu. Ketika kau bersedih, di belahan dunia lain, pada waktu yang sama, ada orang yang tersenyum bahagia oleh pencapaiannya. Dan ketika kau bahagia, di belahan dunia lain dan pada waktu yang sama, ada orang yang bersedih oleh kegagalannya.

Seperti katanya yang demikian, semua hal tak mendasar dan abstrak tentangmu, pandanganmu terhadap itu semua, hanya terdapat pada gumpalan daging kenyal di kepalamu. Kalau kau berani untuk menuangkan isi dari gumpalan itu, aku akan tersanjung dengan keberanianmu. Jangan jadikan semua hal hanya semata-mata angan dan impian belaka. Ingat yang tadi kuucapkan, duniamu berjalan sesuai kehendak dirimu sendiri.

Katanya yang demikian, perlahan menjadi kataku yang kuyakini.

--

--