Ketika Jatuh Tidak Lagi Membuat Sedih

ya, tidak lagi sedih.

Setelah jatuh berulang kali, dia tidak lagi kembali menuju tempatnya yang gelap nan sepi. Tempat ia berpaling dari cahaya, menutup rapat-rapat tempat itu, tak bersuara, tak berekspresi, tapi air mata menetes kian menjadi.

Lupa, sudah berapakali ia menapakkan kakinya di situ. Sudah menjadi tempat yang familiar olehnya. Terkadang, malah terlihat sedikit senyum di bibirnya saat kembali melangkah ke tempat itu. Perdebatan besar tak terhidarkan oleh dirinya sendiri. Menyalahkan yang sudah-sudah, menyesali yang telah terjadi, dan terdiam panjang setelahnya.

Ketika jatuh tidak lagi membuat sedih. Tidak ada lagi yang perlu disedihkan, sudah begini kan jalannya. Dia berusaha sadar kalau memang belum sekarang, ya mungkin emang belum saatnya. Atau bukan saatnya — sama sekali.

Setelah jatuh berulang kali, dia tidak lagi “kembali” menuju tempatnya.

--

--